Malang- Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) diharapkan mampu merangkul semua pihak, karena FPRB adalah wadah yang besar. Tugas besar FPRB sangat mulia, diharapkan bisa bersinergi dengan BPBD setempat. Pentahelix di dalamnya mampu berinovasi untuk menganggulangi bencana. Hal tersebut disampaikan Kalaksa BPBD Jatim Gatot Subroto saat membuka kegiatan rapat koordinasi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan FPRB Jawa Timur di Hotel Savana Malang, Jumat (26/04/24/2024). Dalam kegiatan yang bertema FPRB Jatim Kuat, Bermanfaat, dan Bermartabat, Gatot juga menyampaikan bahwa dengan adanya potensi ancaman bencana yang semakin beragam termasuk krisis pangan, maka peran BPBD dan FPRB harus aktif dalam menanggulangi ancaman tersebut. "Dalam FPRB banyak unsur, ada akademisi yang bisa memberikan inovasi, pengetahuan apa saja yang bisa dipraktekkan dalam bencana agar bisa menjadi rujukan dalam penanganan bemcana", jelasnya. Gatot melanjutkan, bahwa untuk penguatan tersebut diha
Mennjadi relawan penanggulangan bencana memerlukan kesiapan fisik dan mental. Utamanya relawan yang menanggulangi kasus Covid-19. Seperti para relawan Forum Relawan Penanggulangan Bencana (FRPB) Pamekasan, yang kadang hanya beristirahat lima menit dalam sehari. KASUS Covid-19 di Pamekasan mulai melonjak sejak pertengahan Juni 2021 lalu. Sejak saat itu, rumah sakit rujukan Covid-19 yang semula hanya berisi dua sampai tiga pasien, perlahan-lahan bertambah banyak. Pertambahan pasien pun terbilang drastis. Satgas Covid-19 Pamekasan mencatat, sejak terjadi lonjakan, setiap hari ada tambahan tidak kurang dari sepuluh pasien. Dampaknya, rumah sakit rujukan akhirnya penuh. Masyarakat pun mulai panik. Utamanya saat kabar duka yang diumumkan lewat pengeras suara kerap terdengar. Sejak RSUD dr Slamet Martodirdjo penuh, pemkab membangun tenda tampung yang melayani antrean pasien Covid-19. FRPB Pamekasan ikut andil di dalamnya. Bahkan, tidak hanya membangun tenda, mereka juga siaga 24